Skip to content

MAJU DAN BERMUTU! MAHASISWA SPI FUAD ADAKAN DISKUSI PARADIGMA SEJARAH DALAM RELEVANSI ZAMAN

  • by

Jum’at, 28 Oktober 2022, mahasiswa/i jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Ponorogo mengadakan diskusi bersama dengan tema “Paradigma Sejarah dalam Relevansi Zaman” bertempat di Aula Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah. Narasumber pada kesempatan diskusi ini adalah Frengky Nur Fariya Pratama. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa/i jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI), dan dari perwakilan Himpunan  Mahasiswa Jurusan  Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (HMJ-IAT), Himpunan Mahasiswa Jurusan  Komunikasi Penyiaran Islam (HMJ-KPI), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (HMJ-BPI). Kegiatan diskusi bersama ini dipimpin langsung oleh Miftahul Munir, Mahasiswa jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) selaku moderator.

Setelah itu acara dilanjutkan sambutan dari ketua panitia pelaksana kegiatan diskusi sejarah yakni Andre Gallentino Febriansyah. Ia menyampaikan tentang pentingnya sebuah ruang diskusi untuk mengasah kemampuan akademik sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni. Dengan mempelajari sejarah, terutama Sejarah Peradaban Islam kita dapat memetik hikmah dan bersikap bijak. Dari belajar sejarah kita akan memahami dan mengerti banyak hal, terutama masalah-masalah yang belum menemukan titik terangnya. Adanya forum diskusi ini salah satunya adalah untuk mendapatkan titik terang tersebut. ujarnya.

Dalam kesempatan diskusi yang bertema “Paradigma Sejarah dalam Relevansi Zaman” ini turut hadir juga dosen prodi Sejarah Peradaban Islam (SPI) yang memberikan sambutan sekaligus membuka acara yaitu Ahmad Sodikin, M.Hum Pada sambutannya, ia menyampaikan tentang paradigma sejarah terhadap perkembangan zaman yang kita hadapi dewasa ini sebagai suatu tantangan bagi prodi Sejarah Peradaban Islam. Tantangan ini harus kita sikapi dengan upaya menyesuaikan diri terhadap keadaan zaman. Jikalau kita tidak dapat mensikapinya dengan bijak dan tidak melakukan usaha untuk beradaptasi terhadap perkembangan zaman tersebut. Maka suatu keniscayaan bagi prodi Sejarah Peradaban Islam dapat melangkah maju ke depan. Usaha ini misalnya pengkajian naskah menggunakan literasi digital. Disamping itu usaha ini juga sebagai upaya pelestarian naskah tersebut. Kemudian untuk membuka acara tersebut ia meminta kepada para peserta diskusi untuk membaca basmalah secara bersama-sama.

Setelah sambutan selesai, dilanjutkan dengan acara inti yakni diskusi sejarah yang dalam hal ini disampaikan oleh narasumber, Frengky Nur Fariya Partama. Dalam mengawali diskusi ini ia menjelaskan empat kata kunci utama untuk memahami sejarah yakni: sejarah, peradaban, Islam, dan sumber sejarah. Untuk mendefiniskan sejarah ia mengutip pendapat tiga tokoh sejarawan (Sartono Kartodirjo, J. Bank, dan Sir Charles Firth) tentang makna sejarah. Menurutnya sejarah adalah gambaran masa lalu manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang mengalami perubahan secara terus menerus, untuk merekam berbagai ide, kondisi-kondisi material yang membantu atau merintangi perkembangannya dan bertujuan untuk memahami perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang akan datang.
Sementara itu peradaban adalah proses mengembangkan keadaaan masyarakat misalnya budaya, industri, teknologi, pemerintahan, dan sebagainya untuk menuju tingkat yang maksimum. Setelah itu ia menjelaskan tentang sumber-sumber sejarah dan filologi. Sumber sejarah diantaranya ada sumber primer, sumber sekunder, dan sumber tersier. Terakhir ia menyampaikan tentang filologi, menurutnya bahwa filologi itu ilmu tentang bahasa, kebudayaan, pranata dan sejarah suatu bangsa yang terdapat dalam bahan-bahan tertulis (naskah). Filologi didalamnya memuat tentang perbandingan naskah (korpus), waktu pembuatan (kolofon), jenis aksara, bahasa, iluminasi, dan ilustrasi kertas (kodikologi), skriptorium, fungsi dan zaman. Ujarnya.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memahami makna sejarah dan relevansinya dengan perkembangan zaman. Dari memahani makna sejarah inilah harapannya akan mampu menghadirkan spirit sejarah dan ruh sejarah yakni paradigma sejarah. Dengan demikian kecintaan terhadap sejarah, utamanya Sejarah Peradaban Islam menjadi bagian yang tak terpisahkan dari cara pandang atau cara berfikir bagi para peserta diskusi. Selain itu kegitan ini juga untuk menghadirkan sejarah sesuai dengan konteksnya saat ini, yakni perkembangan zaman yang semakin canggih. Sehingga eksistensi sejarah mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tersebut dan selalu hadir sesuai dengan ruang dan waktu.