Rabu, 24 Mei 2023. Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Ponorogo jurusan Sejarah Peradaban Islam adakan workshop dengan tema “Pelatihan dan Pembelajaran Aksara Jawa Sebagai Penguatan Terhadap Sejarah Islam Lokal di Era Milenial”, dengan narasumber A’ang Pambudi Nugroho, S.Pd. M.A., sejarawan Indonesia kuno/ Epigraf dan Izzudin Rijal Fahmi, M.P.I.. Kegiatan ini dilaksakan di Aula Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah.
Pembukaan workshop pelatihan dan pembelajaran Aksara Jawa Sebagai Penguatan Terhadap Sejarah Islam Lokal di Era Milenial ini dibuka dengan sambutan dari ketua jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) sekaligus ketua dari workshop yakni Muchlis Daroini, M.Kom.I. Beliau menyampaikan terima kasih kepada narasumber dan semua peserta yang hadir. Kemudian dilanjutkan sambutan kedua oleh Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah sekaligus mengesahkan acara pembukaan workshop pelatihan dan pembelajaran. Beliau menyampaikan bahwa diadakannya pelatihan ini agar para mahasiswa bisa terbuka dengan budaya dan belajar sejarah dari berbagai macam bahasa, salah satunya Aksara Jawa.
Selanjutnya, adalah acara inti yaitu Workshop Pelatihan dan Pembelajaran Aksara Jawa sebagai Penguat terhadap Sejarah Islam Lokal di Era Milenial. Narasumber pertama, A’ang Pambudi Nuggroho, S.Pd, MA. Sebagai sejarawan Indonesia kuno/ Epigrafi, beliau menyampaikan bahwa ahli etnografi islam sekarang sudah sangat minim dan menginginkan peluang dari para mahasiwa Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Ponorogo, sebagai bekal maupun peneliti pada masa nantinya. Sementara itu, beliau mulai menyampaikan pengertian dari sejarah lokal yang berbeda dengan sejarah daerah. Sejarah Lokal adalah sejarah kelompok sosial masyarakat yang berada di suatu daerah geografis tertentu. Sedang sejarah daerah adalah sejarah daerah-daerah berdasarkan administratif dari suatu kesepakatan yang kini disebut “Republik Indonesia”
Dari pada itu, beliau menambahkan tentang naskah manuskrip dan naskah cetak atau printing. Naskah manuskrip adalah karya yang ditulis oleh tangan manusia (pahat, ukir, gores), sedangkan naskah printing adalah naskah yang sering dicetak serta disebar luaskan. Sebuah manuskrip (aksara jawa) sangat penting untuk dipelajari karena salah satunya dapat meningkatkan kemampuan peneliti sejarah dalam kritik teks sebelum melakukan historigrafi. Dalam Penelitian sejarah dibutuhkan pencarian topik, teristik, pengumpulan sumber data, kritik teks, dan terakhir historigrafi.
Fachrudin Rizal Fahmi, M.P.I, selaku narasumber kedua menyampaikan materinya tentang: “Naskah Digital dan Katalog Naskah”. Beliau menyampaikan pengertian dari Naskah itu sendiri yaitu dokumen yang di dalamnya terdapat teks, baik berbahan kertas (kertas Eropa), daluwang, lontar, kulit bambu, dll. Selanjutnya beliau menambahkan bahwa Naskah Digital adalah naskah yang dapat dibaca atau ditampilkan pada perangkat digital melalui proses digitalisasi naskah.
Tujuan dari pelatihan ini agar para mahasiswa melek serta semangat terhadap bermacam bahasa, salah satunya aksara jawa. Tidak hanya mengetahui namun juga bisa memahami, agar aksara jawa termasuknya tidak punah untuk dipelajari dan memenuhi kepentingan kedepannya.
Nur Maria Ulfa