Skip to content

TINGKATKAN KUALITAS, PRODI SPI ADAKAN SEMINAR KOLABOATIF DENGAN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

Selasa, 29 November 2022. Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo Program Studi (Prodi) Sejarah Peradaban Islam (SPI) melaksanakan kegiatan seminar kolaboratif dengan Progam Studi (Prodi) Sejarah Peradaban Islam (SPI), Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Kegiatan ini dilaksanakan secara online melalui Zoom dan Live Youtube di Kopirogo TV. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dan dosen baik dari IAIN Ponorogo maupun dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Seminar kolaboratif ini bertema “Melacak Moderasi Beragama dalam Tradisi dan Budaya Lokal Nusantara”. Narasumber dalam seminar kolaboratif ini yaitu Dr. Usman Supendi, M.Pd. (Dosen SPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung) dan Ahmad Faruq, M.Phil.I. (Dosen SPI IAIN Ponorogo). Kegiatan ini dimoderatori oleh Ahmad Sodikin, M.Hum., (Dosen SPI IAIN Ponorogo).

Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Ketua Jurusan (Kajur) Sejarah Peradaban Islam (SPI) IAIN Ponorogo, Muchlis Daroini, M.Kom.I. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan tentang pentingnya nilai-nilai moderasi beragama dengan melihat kembali tradisi dan budaya lokal. Nusantara yang memiliki keberagaman ini dapat dijadikan satu kekuatan yang kokoh sebagai landasan bersikap dan bertindak moderat. Inilah alasan mengapa kita perlu bersikap dan bertindak moderat dalam beragama ditengah-tengah kehidupan negara yang memiliki banyak keberagaman.

Sambutan berikutnya yaitu dari Ketua Program Studi Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Dr. Sambutan, M.Ag. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan tentang moderasi beragama yang sudah dilakukan sejak lama oleh nenek-moyang Suku Sunda. Menurutnya hal ini dapat dilihat dari ajaran yang disampaikan melalui falsafah Sunda yaitu: Silih Asah, Silih Asih, dan Silih AsuhSilih Asah berarti orang-orang Sunda terbuka kepada siapapun yang mau belajar bersama. Silih Asih berarti orang-orang Sunda memiliki jiwa mengasihi, memberikan bantuan, mau menolong kepada orang lain. Sedangkan Silih Asuh berarti orang-orang Sunda memiliki jiwa melindungi dan mengayomi terhadap siapapun.

Setelah itu dilanjutkan dengan acara inti yakni seminar kolaboratif. Sebagai pemateri pertama, Dr. Usman Supendi, M.Pd., menyampaikan materinya tentang moderasi beragama pada masyarakat Suku Badui. Menurutnya masyarakat Badui terbagi menjadi dua yaitu Badui Dalam dan Badui Luar. Masyarakat Badui Dalam masih memegang teguh adat dan aturan dengan baik. Mereka menggunakan baju berwarna putih yang melambangkan kesucian. Sementara itu masyarakat Badui Luar mereka menggunakan pakaian berwarna biru tua bermotif batik dan bertempat tinggal didaerah yang letaknya mengelilingi wilayah tinggal suku Badui Dalam. Suku Badui mempunyai aliran kepercayaan lokal yaitu Sunda Wiwitan. Kepercayaan Sunda Wiwitan ini terdapat di wilayah Kanekes, Banten, aliran Madrais Cigugur, Kuningan, dan beberapa Kampung Adat di Jawa Barat. Ujarnya.

Berikutnya adalah pemateri kedua yaitu Ahmad Faruq, M.Fil.I. yang  menyampikan tentang: “Syair Ujud-Ujudan Tegalsari: Sumber Lokal Tradisi Moderasi Beragama”. Menurutnya didalam syair ujud-ujudan ini memiliki kandungan yang berisi sebagai berikut. Pertama, pengenalan 20 Sifat (atribut) wajib bagi Allah dan antagoninya sebagaimana standar doktrin teologi Asy’ariyah mutakhir (wujud pesthi Allah muhal yen ora anaa…) dimana judul syair ini diambil darinya; klasifikasinya menjadi 20 (sifat wajib + 20 sifat mustahil; menjadi 4: [1] salbiyah; [2] nafsiyah [3] ma’ani dan [4] maknawiyah, lalu direduksi menjadi 2 sifat: [1] istighna’ (ketidak butuhan); [2] iftiqar (kebutuhan); akhirnya keduanya memuncak pada  isim edzat (nama diri Tuhan), yaitu lafdzul jalalah (term Agung) “Allah”, rincian sifat-sifat itu. Juga sifat jaiz bagi Allah. Kedua, 3 sifat wajib bagi rasul: shidiq (jujur), amanah (dipercaya) dan tabligh (menyampaikan perintah Tuhan) dan antagoninya juga 3: kadzib (dusta), khiyanah (tidak dapat dipercaya) dan kitman (menyembunyikan pesan Tuhan). Ketiga, sifat jaiz bagi rasul. Keempat, pengulangan (repetisi) 20 sifat Allah dan 2 kalimah syahadat  dan artinya.

Tujuan dari seminar kolaboratif ini adalah sebagai berikut. Pertama, sebagai bentuk silaturahmi dan kerjasama antara lembaga Program Studi Sejarah Peradaban Islam. Kedua, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas mutu keilmuan akademik pada Program Studi  Sejarah Peradaban Islam Ketiga, sebagai langkah mempersiapkan akreditasi Program Studi  Sejarah Peradaban Islam  ke depan. FUADku Maju FUADku Bermutu